Para Pemecah Batu
Batu adalah berlian di tanganmu
Lantas mengapa ingin kau pecah?
Kini aku paham, mengapa air matamu tak lagi ingin tumpah ketika
Palu godam dalam genggam menyentuh batu hitam, lalu terpecah!!
Batang, 5 Des 2011
Batu adalah berlian di tanganmu
Lantas mengapa ingin kau pecah?
Kini aku paham, mengapa air matamu tak lagi ingin tumpah ketika
Palu godam dalam genggam menyentuh batu hitam, lalu terpecah!!
Batang, 5 Des 2011
Aku mengingatmu sebagai
Gugur air yang turun menjelma hujan
Atau memang kau hujan
Bukan, kau embun
Entah sudahlah...
Di sebuah simpang kau menjelma seseorang yang duduk terdiam tanpa pandang
Di tanganmu kau gengam kaleng usang berhias korosi disana-sini
Ya, kau adalah hujan
Senyummu adalah harga mati
Tersebab rengekmu adalah nilai sebenarnya
Untuk receh, untuk rupiah
Ah, kau memang benar-benar hujan rupanya
Hingga tak cukup kubuka payung untuk menghalau derasmu
Aku telah basah
Batang, 5 Des 2011
Seperti biasa, gue dateng kesini buat ngeluh. Selain diluar cuaca lagi nggak berpatner, suasananya juga ngedukung banget buat curhat-curhatan gitu. Yup, lupakan saja lah. Gue disini cuma mau nginget-inget aja kalo gue masih utang satu puisi sama kak AD Rusmianto. Seseorang yang udah benerin FB gue yang kena hack. Hero!
Dan....
Masih ada hal yang nyesek juga, soalnya gua nggak punya secuil puisi pun buat disumbangin ke Kak Awi. Huaaaaaah, kasihan banget kan gue..
Gue harap nggak ada yang baca tulisan ini.
Glek!
Waaaaaaaa
Gaya banget nulisnya mau melow-melowan. Susah juga ternyata nulis mellow. Enakan curhatan (baca: gila-gilaan).
Oke deh gue coba.
Gerimis turun satu-dua meluruh atas titah pemilik langit
Susaaaaah. Udah ah.
"Izinkan aku bermimpi sekali saja." Reni mengusap kedua belah pipinya yang basah.
Kruk penyangga tubuhnya ia kuatkan.
"Kumohon izinkan aku bermimpi sekali saja." Diulangnya kata-kata itu sekali lagi, dengan suara serak.
Hening. Pemandangan yang ada dihadapannya hanyalah sunyi, senyap. Hamparan perkebunan teh yang hijau kini kelam, ditelan nebula senja.
***
Seminggu lalu, hari Minggu. Awalnya semua baik-baik saja, Reni tetap semangat menghadapi hari-harinya yang indah. Sebagai seorang remaja cantik, smart, pandai, dan gaul. Setiap minggu Reni rutin berangkat kursus Bahasa Inggris yang diadakan sebuah organisasi di kampusnya. Jarak 15 kilometer tempat kursus dari rumahnya Reni tempuh menggunakan motor matic pemberian orangtuanny dua tahun lalu.
Waktu menunjukkan pukul 8.30 pagi, Reni lirik jam dipergelangan tangannya. What? Batinnya terkejut. Kursus akan dimulai lima menit lagi, sedangkan Reni belum siap.
8.15 Reni memacu motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Tiba-tiba.....
***
"Reni ingin menjadi Duta Besar..."
"Pegang terus mimpimu, Nak. Jangan pernah lelah berusaha, Tuhan akan memeluk mimpimu."
Reni terdiam, setitik cahaya muncul dikedalaman hatinya. Ia menemukan semangatnya kembali.
***
Batang, 10 November 2011
NB: Ceritanya jelek, ya. Maaf deh, soalnya aku keburu mau berangkat kuliah. Ntar deh aku benerin lagi, sebenarnya cerita itu belum jadi. Tapi, dipaksa jai. Ealah, jadinya makasa. (Jiah, ribet amat, Bo!)
Okay deh, ntar kalo uadah dibenerin ceritanya pasti tambah nggak bagus.
Lama sekali aku tidak menyapa Blogku. Karena banyak tugas kuliah menumpuk yang memaksaku mengalihkan sejenak segala rutinitas menuli. Dilema. Jujur, aku tak bisa memilih antara keduanya. Karena mereka saling berkaitan. Menulis untuk kuliah dan kuliah untuk menulis. Seperti halnya menulis untuk hidup dan hidup untuk menulis.
Hidup ini adalah menulis. Kita secara tak sadar telah menulis kisah perjalanan, sejak lahir sampai menutup mata. Meskipun tidak semuanya menorehkan diatas lembar-lembar tak bernyawa.
Baiklah, kuakui, setelah beberapa hari vakum dari dunia tulis menulis membuatku agak canggung untuk berbagi kisah lewat kata-kata. Maklumlah, bukan seorang penulis profesional. Jadi, setiap kesempatan menulis aku harus rajin-rajin beradaptasi serta bermetamorfosa dari bengong ke rajin menolong (lho?). Bukan-bukan, maksudnya aku harus sering menumbuhkan perasaan senang menulis agar tak jemu.
Huh, sepertinya soul nulisku udah kembali. Disini dulu, ya, curhatnya.
:)
Minggu lalu, aku dan teman-teman mengikuti sebuah kegian Pekan Orientasi Jurnalistik yang di adakan sebuah UKM jurnalistik dan kepenulisan di kampusku. Nah, pada suatu season materi tantang kesusastraan, seluruh peserta di wajibkan untuk nulis dadakan dan cuma di beri waktu lima belas menit untuk mikir+nyari kertas+pinjem pulpen+nulis+DLL (Plakk! Lebay banget) dan pastinya nggak punya waktu buat celingak-celinguk.
Ya udah deh, kalo pingin tau karya kayak apa yang aku tulis waktu itu. Ini dia, cekidottt!! Tapi ini udah di edit, abis yang itu eror banget sih tulisannya.
Wanita Dalam Potret
Senyum itu tak ubahnya rumah tinggalku
Terabadikan dalam potret usang tanpa nyawa.Tak jarang aku terpekur, kembali kadalam mesin waktu. Mengais serpihan ceriata yang sempat tercecer tentang dirimu dalam ingatanku.
Kau guratkan cerita yang tak pernah usai di lafalkan masa, membawa aroma wangi yang kau kuar. Menyingkap bilik hati.
Lantas bingkai yang membelenggumu ibarat tempat kedua ku rentangkan rindu, meski dapat kusentuh tubuh nyatamu. Tentu selepas kukesah segala gundah dengan-Nya, untuksekedar menanyakan sedang apa kau di sana? Bahagiakah engkau?
Duhai wanita dalam potret, lengkung senyummu jelmakan kelok jalan menuju tempat kemana kau berada. Yang jauh dan tanpa akhir. Kadang kelebat bayang muncul menghilang, hadirkan ilusi kegembiraan. Dan tanpa kau tanya, aku benar-benar telah rela melepasmu kesekian waktu. Karena semua telah terjadi di masa itu.
Kala pagi menyesap malam, menyapa dedaunan, kutemui dirimu dalam rasa. Lantas kusibukkan kembali jiwaku, menatap lekat, pada senyum dalam potret keabadian.
***
Di atas meja kecil. Bingkai keperakan bermain dengan cahaya, menebar hangat dalam rumahmu yang kini jauh dari pandang.
Kajen, 7 Oktober 2011 diedit pada 16 Oktober 2011
Untuk wanita bermata embun. My beloved grandmother, pengisi masa kemerahan dalam balutan balon warna-warni, masa balita penuh warna. Mungki hanya sekilas. Namun, dalam ketidak pahaman kaki kecilku, aku bisa sedikit peka. Merasakan lembut tanganmu, atau cerita tentang makhluk ajaib yang kau utarakan di awal malamku. Trim grandma. Doaku selalu menyertaimu. :)
Selalu banyak kisah yang bertebaran dari bibirnya, hampir tak pernah kehabisan stok. Kadang aku heran, berapa kilometer ia berjalan. Hingga banyak sekali kenangan juga pengalaman yang menghias benaknya.Memang tak begitu lama kita tak jumpa, kira-kira baru beberapa bulan yang lalu. Itupun kita mash sering berkabar lewat jaringan, alias lewat sms atau online. Namun, sejenak kami bertemu begitu banya cerita yang ia simpan, lantas dengan tak sabar ia kuarkan semuanya. Seperti berondongan peluru yang berlarian menuju suatu tutik. Ish! Nglantu ceritanya. Ya sudahlah, kita masuk ke inti nge-blog aja ya malam ini. Tulisank bakal aku posting lagi abis postingan ini. Salam.
Udah dulu, ya. Batrenya Limit, Bo!
Banyak sekali cerita yang ingin ku utarakan dimana-mana, terutama kisah masa putih abu-abu yang berhasil mengukir grafiti di langit hatiku.
Kini aku memang tak jengah, menelip sinar mentari yang kadang bisa pudar setiap saat
Kini aku memanh tak lagi bosan menatap lekat pada baris sinar yang membasuh jendela ketika malam kian pekat
Adakah kau dengar, lirih keluh kujelmakan ucapan selamt pagi
Mengisi gelas kosng yang disodorkan pagi
Sayang, adakah kau tahu?
10 Oktober 2011
Senja memang tak ubahnya sebuah senja seperti biasa, di ujung penat yang pekat aku menggendapkan segala hampa. Dalam basuh air wudhu yang akan segera mempertemukanku dengan-Nya bersama bulir-bulir doa. Sesaat di kebodohanku, aku iseng membuka FBku, padahal mau sholat. Dan ternyata FBku nggak bisa dibuka sama sekali. Alias kena Hack orang.
Sampe sekarang.
Pagi ini, waktu kuhabiskan dengan menulis. Walaupun aku tak sepandai penulis terkenal, tapi aku selalu berusaha. Menebar barisan kata menjadi sesuatu yang layak untuk dibaca. Oke, masa depan dan harapan memang akan selalu ada. Hanya saja bagaiman cara kita untuk meraihnya yang akan mempengaruhi apakah masa depan dan harapan yang menjadi mimpi kita itu kan terwujud. Maka, pada pagi ini, aku cuma mau mengingatkan kepada seluruh juiwa untu "Bermimpilah, selama kau bisa!" lalu pikirkan cara untuk meraih mimpi itu. Jika ada hal yang menghalangi perjalanan untuk meraih mimpi, abaikanlah! Ignore it! Karena itu merupakan langkah menuju kesuksesan, dan jangan ditakuti. Ikutilah permainannya! Ya, permainan waktu, permainan takdir. Kemana kita akan dibawa, jangan dilawan. Yang penting kita terus berusaha dan memegang teguh impian kita.
So, ayo kita bermimpi bersama!
Itulah sekelumit tulisanku yang tanpa diedit. Main kabur aja!
Maaf kalo ada yang nggak berkenan, namanya aja masih coba-coba. Ya, kan!
Waktu terjungkal, menuju pembaringan sepi
Pagi sungkur, detik jarum jam hanya angan-angan
Semua hampa, semua terasa tak pernah tiba
Nafas tersengal, diam kian kelam
Adakah saat ini, segala kisah kan usai
Adakah ini pengharapan sia-sia
Untuk yang terakhir
Pagi larut, usia menyusut
Menuju jalam setapak, menyusuri jejak abadi
Melarut pagi ke pagi
Kurnia Hidayati
24 September 2011
Jelas kuingat setiap huruf yang tertoreh pada lembar tanpa garis, waktu itu
Aksara terasa lincah, meluncur, menukik, di kedalaman hati
Dan aku masih mengingatnya
Hari ini, kucoba menyapanya lagi
Ia membisu, tak bergeming
Hanya gemeletak kuku membentur pelataran meja
Untuk siapa saja
Lembar itu merana
Adakah tinta mampu lagi berkata
Adakah hati kembali menyuara
Aku masih mengingatnya
Dengan bekal kepingan segala kenang, kucari jejaknya untuk diriku
Yang dungu
Juga lugu
Aksara tak membisu
Kupandangi sketsa wajahmu yang terukir jelas di pantulan cermin. Wajahku dan wajahmu sangat mirip. Bak pinang dibelah dua.
Sebelum aku menutup tirai rindu, izinkanlah aku untuk sejenak mengenang tawamu yang renyah, serupa kerupuk yang selalu kita beli di kantin. Lalu, melahapnya ramai-ramai. Rasanya manis, lezat. Mungkin hanya seci saja yang mampu mendarat di lidah kita, mungkin hanya sekeping saja. Itupun tak sanggup menandingi cacing yang menggeliat di dalam lambung. Karena sekeping, secuil.
Ketahuilah, sobat. Bukan rasa lapar yang ingin aku ganjal dengan persahabatan. Bukan rasa sesak yang coba aku kenang untuk menghilangkan bayang. Tapi, aku sungguh ingat rasa gurih yang liat. Serta persahabatan yang pekat.
Aku hanya tahu rasa manis
Yang di kuarkan gulali tanpa kusadari ada pahit yang menyelinap, jauh
Ada segala artian yang tak cukup hanya diterjemahkan kamus yang menjadikan tubuh hangus
Tanpa sisa
Aku hanya pahami, bagaimana berkabar suka
Bagaimana bercermin bayang
Aku hanya tahu itu
Aku memang tak pernah menoleh pada aturan yang membuat kertas buram
Atau reranting kering yang menjadikan pohon
Gugur : kerontang
"Kumohon jangan bertanya, apakah aku masih mencintai Dira." Desis Kevin pada hampa taman kota senja itu. Bunga-bunga yang tenang kini terusik oleh desir angin kacau, sekacau hati Kevin. Di lautan matanya, tersimpan sesal teramat sangat. Ia sangat mencintai Dira, seorang gadis yang dua hari lalu resmi menjadi tunangan Revan, kakak semata wayangnya.
"Aku nggak cinta sama kamu, Dira. Selama ini kita pacaran, aku cuma kasihan sama kamu..." kata Kevin sambil menahan tangis dan emosinya.
"Revanlah yang mencintai kamu, lebih dari dia mencintai dirinya. Camkan itu!"
"Tapi, Vin, aku nggak bisa cinta orang selain kamu.." bulir air mata menuruni kedua pipi Dira. Sejurus kemudian tangisnya pecah membuat hati Kevin remuk redam. Kevin sangat membenci perpisahan, apalagi dengan orang yang sangat ia cinta. Tapi, ia tak dapat mengelak. Ia harus merelakan Dira demi Revan yang kini tengah bersiap menyambut maut karena kanker otak yang betah bermukim di kepalanya sejak kecil. Kevin harus rela.
Namun kini sesal menggelayut di hatinya. Kenapa ia bisa sebodoh ini. Sejak kecil, Kevin selalu mengalah pada kakaknya. Pernah suatu hari ia merelakan skateboard kesayangannya, karena Revan merengek ingin dibelikan skateboard yang sama dengan punya Kevin. Sedangkan stok di toko telah habis. Kevin sangat ingat itu.
"Kenapa aku harus terus mengalah denganmu, Rev!" mendadak perasaan dendam menggenangi hatinya. Matanya nanar, ia beranjak pergi dari taman. Kevin tak akan melepaskan Dira.
Kriing.. Kring..
"Halo?"
"Kev, kamu dimana? Segera ke Rumah Sakit Husada!" terdengar suara panik Ayah dari seberang telepon.
"Ada apa, Yah?"
"Hibur kakakmu, cepatlah!"
"Ada apa ini, Yah?" Kevin mulai cemas.
"Dira, kecelakaan. Dia sudah berpulang, Nak!"
Mendadak semuanya gelap.
Kemarau kini mungkin tak pernah mau tahu bagaimana
Aku memilin decak di bawah lengkungmu
Waktu mungkin telah lelah berkeluh kesah
Pada retakan tanah, daun-daun kering
Petani usai berharap
Angin desirkan kering
Lihatlah!
Wajah-wajah lwgam tanpa tawa
Senyum terpaksa bergaris cibiran
Ah, aku telah lelah!
Pelangi, adakah kau kan kemabali?
Kurnia Hidayati
Inspirasi Pekat, 17 September 2011
Aku masih sangat jelas mengingat setiap bunyi gemerincing
Mengetuk pelataran hatimu
Yang licin
Yang berkilau
Sajak yang ingin terlontar serupa baris gerimis
Menitik penuh kesyahduan
Lalu akupun meleleh
Meluruh
Diterjang tsunami yang nyata-nyata bermuasal di kedalaman matamu
Adakah aku ingat bahwa
Gemuruh yang sering kubawa serta telah
Melekat lalu
Menjadi gemuruhmu
Dengerin lagu Rock (Lagi) bikin semangat jiwa mudaku membara lagi. Hehe, emang sekarang nggak muda apa? Yups, udah deh nggak usah di debatin lagi. Please? Oke, mau ngomongin apa ya..? Oh, ya, udah mulai lagi nih segala rutinitas yang menyita waktu dan pikiranku. Tapi, nyenengin dan banyak ilmu. Kuliah lah. Apa lagi. Hihihi
Ya udah lah, ane cuma pengen posting itu aja kok. Lanjutin besok ya.. Bye..
" Sob, lo udah tau belom? Si Dea udah putus, tuh." Ujar Anto di sela-sela jam istirahat.
"Serius loe, Tok? Wah ane punya kesempatan, nih..." Mata Sobarudin yang biasa di panggil Sob (biar keren dikit) berbinar.
"Ya, iya lah. Buat apa juga gue bohong. Nggak ada untungnya juga."
Di kantin. Sob mulai melancarkan aksi gombalnya dengan menghampiri tempat duduk Dea dan teman satu genk-nya yang tengah asyik menyantap bakso.
"Dea.. ntar sore kita ketemuan, yuk!" Tanpa basa-basi Sob mengutarakan maksudnya.
"Boleh, dimana?" jawab Dea sambil meneguk teh manis yang sudah tinggal setengah gelas.
"Ssst.. ntar deh gue SMS-in. Gue cabut dulu ya," Sob berlalu setelah sebelumnya melemparkan senyum genit kepada Dea. Sementara teman satu genk Dea tertawa cekikikan.
Di taman dekat rumah Dea.
"Dea, mau nggak kamu jadi pacar aku?" Sob Si Playboy Cap Tikus mulai ber-aku-kamu (pertanda mulai melancarkan aksinya)
"Hah? Apa lo bilang? Pacar? Nggak salah?
"Lho, maksud kamu apa Dea. Bukannya kamu udah putus?"
"Iya, udah putus. Tapi, aku udah jadian sama Antok sejam lalu. Maaf ya.." wajah Dea yang manis mendadak berubah murung.
"Antok jadian sama kamu? Sial! Dia uadh bohongin gue!"
"Ck.ck.ck."
Eno berdecak kagum sambil terus memandangi sepeda motor baru milik Adul.
"Keren, Dul.. Andai aku juga punya yang kayak gini.." tunjuk Eno pada sepeda motor matik berwarna hitam metalik itu.
"Kamu mau, No? Ambil aja..." sahut Adul enteng. Eno melongo.
"Gila kamu, kalo aku ambil beneran ntar kamu nangis lagi. Ogah aku, kalo kampung kita mendadak banjir gara-gara air mata kamu.."
"Ih.. beneran. Ambil aja katanya kamu suka."
"Heh??" Eno mengernitkan dahi.
"Lagian ini motor bukan punya aku tahu.Ini punya kamu, tadi bokap kamu nitipin disini, buat surprise gitu..."
Seketika Eno melonjak kegirangan. Adul cuma geleng-geleng kepala.
Tanpa di komando, Eno langsung meminta kunci yang sedari tadi di pegang Adul dan berniat mengemudikan motornya dengan cepat keliling kampung. Mau pamer dia.
Tiba-tiba.
Brakk!!
Terdengar tabrakan yang sangat keras.
Menulis, dan menulis lagi. Karena sebagian dari hidupku ingin kuhabiskan dengan menulis dan menulis lagi... Hidup untuk menulis, menulis untuk hidup. Hihihi
Tempo hari, kubuang buku harian lusuh
Berkisah segala cinta, tawa, dan keluh
Tentang namamu
Dalam angkuh kubisik kata,
“Aku tak lagi butuh dirimu....”
Aku meluap lupa pada sebuah nama, pada sebuah perjamuan
Bintang yang sering kita pandang, telah lumat dalam ingat
Kuingkari jarak yang sungguh dapat kulacak
Lantas kusimpan potretmu, pada bingkai berkarat
Hari telah mengubah nama, waktu belum usai mengganti posisi
Canda tawa dan janji masa muda mengabur begitu saja
Acuhku retakkan prasasti
Sebuah persahabatan
Lalu pada sebuah senja di akhir Ramadhan
Gema takbir memukul sisi penaku
Meluruh jiwaku
Simbahi lembaran penuh nista
Aku mengais bumi, temui keping ceriamu
Maaf kugemakan di antara koridor waktu
“Sobat, maafkan salahku...”
Duhai sahabat,
Benar-benar kupahami arti sebuah pertemuan
Tak kupungkiri awal sebuah perpisahan
Kuakui ku tak selalu benar
Secarik maaf ini kukirim kepadamu, teriring butir ketulusan yang kukabar bersama angin…
:Untuk sahabat masa sekolahku yang kerap terlupa
Sehingga tak jarang, kita tak pernah berkabar
Tentang gerimis dan hujan yang kerap jadi mimpi kita
By: Kurnia Hidayati
NB: Ini puisiku yang tempo hari di ikutkan lomba yang diadakan sebuah komunitas di jejaring sosial Facebook bernama Komunitas Pecinta Puisi
Dan berhasil meraih juara kedua Favorit karena mendapat Like sebanyak 125.
Untuk yang mau ngopy tulisan di harap mencantumkan nama penulis untuk menghargai penulis. Terima kasih.
"Aku merindui harum hujan yang menguar dari tubuhmu....."
Musim berubah nama sekehendak hati
Mengucap janji pada yang ia ingini
Rinai itu kau membawaku serta
Berlarian menembus desir angin bersura
Adakah kau ingat,
Masa itu rona teduhmu membuatku rela
Tak lagi kusebut namanya
:Seseorang yang membuat hatiku porak-poranda
Hujan kembali mengingatkanku
Kau dermaga yang sebenarnya...
Banyak yang mengaku senang mempunyai seorang kakak. Tapi, aku enggak! Nggak sama sekali. Selain kakakku galak, dia juga jarang ngomong sama aku. Paling cuma singkat-singakat. Itupun kasar dan agak membentak. Pernah suatu hari aku memintanya mengajiriku membuat puisi, dengan keras ia menjawabnya
"Kakak nggak bisa...!" Aku langsung ngacir, takut kena semprot.
Bersambung,
Yaelah.. FF aja musti bersambung. Parah!
Keruh embun tegur tanah basah
Memekak bunga-bunga yang kuar jutaan aroma
Reranting kering kaku, temui langit biru ungu
Dalam kening sepi
Ku sisip sajak sunyi
"Temaram malam tadi, enggan hiasi senja ini...
Tiap bait yang kau tangisi sungguh membuncah, jauh ke bibir laraku
Namun, hanya di bibir, cuma pada tepi
selebihnya
Tidak! Kurasa....."
Lalu...
Aku terpekur, melarungi bait tulisan di bilik ingatan
Yang telah mengendap, beratus tahun lalu
Mungin...
Huwaaaaaaaaaa....
Ideku udah balik mudik. Hug! Aku peluk ide. Posting lagi, ayo. Siap grak! Tanganku menari, eh salah, jemari yang menari. Huh! Gumana sih. Sejenak lupakan segala deadline dan kroni-kroninya. Ayo kita fokus ke kangen-kangenan sama ide. Mau nuli apa ya.? Kok jadi bingung, ya. Oh, ya. Kemarin bapakku ngajak aku dateng ke reuni SMPnya. Wuadu, rasanya minder Gila. Gimana nggak minder, orang temen-temen bokap pada sukses semua, kaya, gitulah. Aku jadi mikir, 30 tahun lagi ketika reuni sama temen-temenku, aku jadi apa ya... Moga aja jadi orang sukses, amieeeeen...
Uh....! Bosan, kutatap layar komputer yang menampilkan dua kotak kosong untuk segera di isi dengan barisan huruf. Nge-blog... lagi. Memang, sudah sangaaaaaaaaaaaat lama aku tak membuka blog-ku. Hihihi kaciaaaaaaan, deh. Mungkin kalo diibaratkan blog-ku ini seorang manusia, pasti dia bakalan nangis bombay. Bukan gara-gara aku tidak pernah menyapanya lagi. Tapi mungkin karena memang dia (baca: blog) tidak ingin bertemu denganku. Hihihi
Huh.. Back to note blog! Yay... Liburan lebaran ini benar-benar membuaiku dalam kesantaian yang ruaar binasa. Seluruh deadline lomba aku abaikan, hampir semuanya, you know! Ck, lupakan lah. Kalo mau ditangisin (baca: nyesel berat) tidak akan selesai sehari dua malam. Tapi, mau gimana lagi. Live must go on, dan waktu terus berjalan walaupun kau tak melakukan apa-apa. Yah... lalu bagaimana, dong?
Batinku berkecamuk, hanya tulisan di blog yang kucoba untuk memecah segala gundah dalam jiwa. Sementara, alunan suara Utada Hikaru dengan First Love-nya dengan empuk mengudara mengisi ruang dengarku. Sangat syahdu, hanya saja tak mampu menyingkap tabir tabir kebuntuan ide yang sedari kemarin-kemarin menutupi benakku.
Aku menghela nafas, terbayang olehku hamparan perkebunan ide yang sempat mengisi sudut otakku. Ada banyaaaaak sekali, sampai-sampai aku bingung memilihnya. Ggggrr.... Aku mengutuki diri sendiri. Malas! Hanya satu masalahku. Please, deh ingat! Penyesalan itu milik orang malas. Batinku berkoar.
Eits... Tunggu, aku akan menyesal lebih awal, aku akan salah lebih awal. Semuanya lebih awal, aku juga akan suksaes lebih awaaaaaaal.
Huahahahahhahahhaaaaaaaaaaaaa..........
Gaya ketawa kuntilanak KW-1 mengitari ruang hatiku, aku telah menemukan jiwaku kembali. Aku mendapatinya tersembunyi dibalik warna-warni ke-egoanku. Ideku, ideku telah kembali. Kini aku akan menulis lagi.
Makasi My Blog...
Mmmmuach.
By: Nia
Catatan awut-awutan.
Kau hidup dalam nada minor juga mayor
Kau sentuh di ujung lidahmu
Kala senang
Kala sedih
Ada pantulan tak bertepi
Di dasar kalbu, yang tak kau tahu
Dalam senyap kau senandungkan tembang lara, yang menjadikan kedua matamu seakan beradu, menggapai masa lalu
Dalam riuh sekitar, kau selipkan bait lagu
Setiap nada kau telip indah
Duhai, gadis dalam lirik lagu
Bukan lagu yang jadikanmu hidup
Bukan nada yang jadikanmu ada
Tapi semangatmu, yang menggelora melesat mengitari relung jiwa
Lawan... lawan... lawan...
Aku tengah berjuang dengan keras buat ngelawan rasa malas yang ydah terlanjur mengakar dibenakku. Deadline yang super banyak justru sangat menyusahkanku. DL sini DL sana, sepertinya semangatku ydah mulai puder menulis. Aku tahu ini sangat gawat, mengingat cita-cita terbaruku ingin menjadi seorang penulis. Ya, jadi seorang penulis. Tak tahu lah.. Kata seorang teman, lawan.. lawan.. lawan.. Aku harung melawan penyakit malas..
Lawan.. lawan.. lawan...
Dalam hening, waktu menjelma syair
Yang musikalisasinya minor juga mayor
Dalam temaram
Aku tengadah
Pada pilu embun
Yang menggantung di ranting, juga daun kering
Ketika siang hari
Menyekat pertemuan air dan api
Kupilin doa tanpa kata
Hanya suara yang terganjal di bilik sunyi
Parau
Jelmaan Galau
Kalau saja nama tempat bukan ujian
Mungkin
Masa juga akan berpijar serupa warna lampu
Yang nyala yang meredup
Ketika sepi,
Aku menanti bulir hujan yang di turunkan langit
Lalu menjadikannya permata yag di bekukan waktu
Tahukah kau,
Malam menjelma rumah singgah bagi jiwaku yang terlanjur ingin
Menjadi sang penanti
Seperti musim yang tak ubahnya hanya julukan
Sebuah pertemuan
Duhai kristal hati,
Jemari ini tak jua lelah menghitung detik jam
Mengantar syair kerinduan
Labuh di benakmu
Hati ini tak mungkin mencemar batu
Dalam lautmu yang biru
Yang menjadikanku damai
Aku menantimu,
Menatap langit yang penuh dengan cerita yang kembali kita pilin
Aku kadang tak paham
Tentang debu yang kemudian menggumpal
Di sudut pagi
Aku sering tak mengerti
Akan jati diri
Tapi,
Engkau mengerti
Labih dari hujan yang menggugurkan anak-anaknya
Atau Awan yang gumpal memutih
Aku merinduimu
Karena bulir embun yang tersebar membasahi ronamu
Yang ceria
Yang bahagia
Mungkin bukan salah awan yang kemudian di gugurkan angin
wah nulis apa sih gue.. GaJe banget,,,,
Kau, memang benar dirimu
Mengisi relung hati tak berujung
Kau, yang belakangan berkelebat di sudut mataku
Kala ku rapuh
Kala ku lemah
Kau,
Andai saja waktu yang menjadikan usia mundur
Berhenti berdetak
Akan kutemui
Engkau
Aku berada dalam spektrum kilau yang tak kuhendaki
Sedangkan bunyi-bunyian yang merubah langit hampa menjelma benda mati
Aku sendiri tak mengetahui sedang apa aku disini
Beradu aksara
Berpacu kata
aku akan tenggelam, ketika tulisan meluap-lupa meluluhlantakkan segala kesunyian
Sedang apa aku disini?
*untuk diriku yang tengah bingung mencari tujuan menulis
Jalanku masih panjang. Masih banyak yang harus aku kerjakan. You know what kan.. Kalau akhir-akhir ini aku sedang giat-giatnya (bukan giat sih.. Cuma mau lebih serius menggeluti dunia kepenulisan) menulis. Selain untuk berbagi pikiran, menulis juga bisa digunakan buat mengungkapkan keluh kesah.
Maka tanpa ba-bi-bu setelah aku nge-add penulis-penulis yang pastinya banya ngasih info lomba, aku langsung ikut. Tapi, nggak semuanya sih.. Masih 4 lomba yang aku ikut. Dan hasilnya, aku gagal semua.. Hehehe
Awalnya aku sempat putus asa, ternyata aku nggak sepintar para penulis-penulis itu. Akhirnya aku sadar bahwa semuanya membutuhkan proses, dan itu nggak gampang.
Terus, kapan ya... Namaku ada di list pemenang lomba? Kapan....?
Sitta menarik selimut lagi, pagi ini matahari tak mau menunjukkan batang hidungnya. Menebar aroma serbuk embun dimana-mana termasuk di kamar Sitta. Tapi, entah apakah hanya Sitta yang masih malas-malasan di bawah selimutnya, entahlah?
Jam dinding menunjukkan pukul 06.15 matahari mulai menebar warna jingga. Cakrawala bersiap mekar, wangi menebar pada daun dan bunga-bunga.
Tok..Tok..Tok... Terdengar suara pintu diketuk.
"Sitta....!!!" Seorang wanita bermata teduh berdiri dibalik pintu.
Tak ada jawaban.
"Sittaaa!!! Lihat, sudah jam berapa ini..." nada suara wanita bermata teduh itu meninggi. Pintu kayu berwarna coklat tua diketuknya lagi. Kini lebih keras. Wanita itu tampak kesal. Tapi, matanya tak kehilangan keteduhannya, bahkan kerut di dahinya tak mempengaruhi riak di lautan matanya.
Pelan-pelan Sitta mencoba membuka matanya, karena suara ribut-ribut merasuk kedalam kamarnya. "Iiiyaa... Bu..." Sitta mengangkat kepalanya, diliriknya jam kotak yang bertengger di dinding kamarnya.
06.25. Mata Sitta terbelalak. Segera ia turun dari tempat tidur melempar selimutnya seenaknya setelah tadi ia juga melemparnya dengan tak kalah seenaknya lagi...
Bersambung....
Entah tulisan ini akan kuberi judul apa
Entah seharusnya engkau atau mereka yang juga tak berjudul layak memberi kata sebagai sesuatu yang tersemat
Amat lekat
Atau layaknya seperti judul yang nampang di sampul surat kabar
Judul yang engkau beri sendiri, tapi tak pernah kau beritahu padaku
Juga kepada daun-daun yang luruh ditinggal ranggas
Menjadi sebuah kisah
Tulisan ini hanyalah sebuah judul
Tersembunyi dibalik canda tawa angin atau tangisan musim yang tak pernah engkau pahami
Kapan berakhir
Kapan berawal
Kata-kata yang terucap mestinya mampu menumbangkan pemikiran tentang judul
Meski tak
Terucap
Hmmm... Yeah, okey setelah beberapa waktu lalu gue mutusin buat ngembangin diri jadi penulis. Well langkah pertama yang gue lakuin adalah ngelamun, SALAH. Yang gue lakuin karena sekarang zamannya FB gue add semua penulis. Baik yang gue tau atau gue cari nama-namanya di majalah atau koran. Wow dan akhirnya ketemu... Dan hasilnya mulai keliatan, mulai dari muncul catetan-catetan para penulis sanpe info-info lomba.
Awalnya gue ngerasa minder sih, coz catetan gue nggak sebagus catetan mereka.
Tapi, akhirnya gue sadar kalo nggak ada gunanya minder, buat apa coba.
Alhasil gue malah nggak berkarya, fiuh.......
N ada satu lagi, gue juga ikutan grup-grup nulis ada banyak deh lebih dari satu gue jadi bingung. Disni notice, disana notice...
Hrrrrrrr rawr...
Semua yang ada didunia ini adalah misteri. Walau semua berlaku sesuai dengan apa yang diingini, menurut apa yang seharusnya teratur. Tapi ada sesuatu yang sangat berperan yaitu putusan tuhan. Aku jelas tahu bahwa mati itu akan terjadi pada siapapun dan dimanapun. Tak peduli seseorang dengan pangkat dan derajat tinggi, semua pasti akan merasakan yang namanya mati. Aku pun sering melihat di sekitar, tentang orang-orang yang kehilangan saudara, orang tua, atau orang yang berarti dalam hidup untuk selamanya. Dan selalu ada tangis.
Bersambung....
Diam-diam aku meneliti sedikit demi sedikit mengenai bening titik hujan
Yang mempunyai tanda-tanda keredupan langit sebelumnya
Pelan-pelan aku mengeja, tanda-tanda kebekuan yang tertulis di noda daun-daun
Dengan tubuh mikroskopis
Dalam ketidaktahuanku aku berdoa
Semoga aku kan segera pahami apa sebenarnya maksud yang tertulis
Lewat bulir padi yang terbungkus kulit ari
Atau wangi musim yang terkhianati
Aku terpinggir
Aku tersisih
Kilatan cahaya lampu neon
Mungkin kelak ia terburu terpejam
Karena gardu lampu
Kian undur dilahap umur
Sesuatu yang tak kuduga-duga kadang menjadi beribu debu yang berloncatan kearahku
Hanya celoteh yang mencoba meredam, betapa aku terlalu bersembunyi, menjauhi angan-angan keterpaksaan
Hanya aku, yang bisa meredam nyeri sendiri
Tapi aku tak juga lupa
Bahwa, rasa nyeri juga mempunyai tepi
Sama seperti anak sungai yang dihanguskan musim
Yang juga haus karena panas itu membalik sepi
Memang hanya aku, makhluk bernyawa yang paham akan arti sunyi
Walau embun-embun tak jarang kutangisi
Memang bukan hanya aku yang tahu
Bukan hanya aku yang sepi seorang diri
Karena nafas yang enjelma detak jantungku adalah milik-Nya
Jadi bukan hanya aku, karena DIA yang selalu menghampiriku
Aku masih tetap diam, sama seperti tempo hari kala kau membawa duri dari mawar yang kelopaknya telah kau cabuti.
Aku tetap membisu, walau kau lempar berjuta batu, dalam hati yang paling dalam, terselip umpatan semoga kau juga merasa apa yang aku rasa
Mungkin bukan sekarang, tapi entah kapan
Aku hanya mematung, menyikapi seringai yang kau haturkan, pada kuncup-kuncup pagi
Ketika sebuah mentari tak lagi mau menyembul
Ditinggal awan berlari menemui mekar pelangi
Kuncup-kuncup itu mati membusuk menemui duri
Aku layaknya bongkahan es, adakalanya mencair tak tahan api
Adakalanya aku benar-benar beku
Ditiup dingin
Membawa gigil
Tapi, dari satu demi satu warna pelangi aku memilih warna merah muda
Kau, dengan warna kusammu simpanlah menjadi akibatmu
Duri-duri itu kini menghujam hatimu sendiri
Siang tadi gue bergelut sama soal-soal yang bejibun banyaknya. Mungkin kalo dikiloin yah, nggak sampe setengah kilo dah.( Ya iya lah). Ups, but gue nggak mau ngebahas itu. Ok! Now, gue mau ngebahas tentang apa ya, kok jadi lupa. Makanya gue ngenet biar bisa mengingat kembali apa yang mau aku ingat.. Halah beribet banget sih.
Yes, siang tadi pas di kampus, gue sama temen-temen lagi ribut bikin tugas. Gila! Tugas benyak banget, susah-susah lagi. Gue jadi mikir, kenapa ya nggak ada tugas makan-makan di kantin, atawa tugas nyalon atawa tugas shopping. Hehehe, tu mah mau gue...
Singkat cerita, tadi pas mau ngopi di komputer kampus yang bertengger di perpus. Internaetan plus pake komputer GRATIS.
Gue sebenernya sih agak sangsi, apa ntu komputer yang berjejer pada bener? Karena mendesak dan terdesak, akhirnya gue nekat colokin Flashdisk ke CPU. dAN HASILNYA,,,,, mau tahu... mau tau.. kita kan lanjutkan setelah ini...
Jamaaaaah.... Woy...Oh Jamaaaah...
WOY! NGLANTUR!
Hasilnya flashdisk kesayangan gue warisan om gue dibeli dari SMP dengan noda di sana-sini (yaelah gitu aja bangga) terinveksi virus dengan sukses.
Pelajaran Pertama, Kalo mau gratisan mending minta traktir tetangga aja!
Pelajaran kedua, Jelilah memilih teman, bisa jadi teman anda menjerumuskan flashdisk ke tempat yang salah.
Pelajaran ketiga, Jamaaah... oi... kalo disitu tertulis Internetan gratis, bisa jadi cara pengelola buat BAGI-BAGI virus GRatis....
Hiyyyy... KABURRRRRRRRRRRRRRR.....
Sebenarnya dari dulu gue selalu pengin buat blog yang bermanfaat buat orang lain, tapi kenapa ya kok blog gue yang satu ini jadinya amburadul gini,,,... Hehehe
Ya sutra lah, mou gimana lagi coba,,,,
Oiya, hari ini gue dah mulai semesteran nih. Bagi yang ngerasa baca blog ini diharapkan untuk setia mendoakan gue yang tengah berjuang melawan rasa males belajar. Bukan apa-apa, gue kan lagi berkorban browsing demi mengganti waktu sama belajar. Sebenarnya sih, gue kalo dikasih nilai nggak pernah nolak, kalo dikasih nilai B+ ga pa-pa. Kalo dikasih nilai A juga kagak bakalan nolak, apalagi dapet IPK 4.00 wuih... Bisa gue terima dengan tangan terbuka... Beneran deh,.,,,
Hari ini aku masih melihat bayangku menari, mengikuti gerak diri
Mozaik usia bergabung satu lagi, mengikuti mozaik lain tersusun rapi
Tak dapat kuingkari
Ya Allah, masih kau beri izin lewat belaian angin
Nafasnafas yang masih menghuni kerongkongan
Dalam titahmu
Masih kau aliri raga ini dengan merah darah berdenyut bersama nadi
Detak jantung belum mau berhenti
Terima kasih Ya Allah, semoga umur siasia tak ku ulang lagi
Dan sesal tak lagi kutangisi
Semoga waktu yang kau pinjamkan selalu ku gunakan untukMu. .
dan karenaMu
Tak henti terima kasihku pada-Mu
Kau kirim orangorang yang senantiasa mendoakanku. .
Rintik itu menitik sumbang
Mengantar suara pengharapan jadi berkubang
Jelas rintik itu menapaki jalan
Mengisi jalur setapak mengalun bagai nyanyian
Parau terdengar, galau terdampar
Beradu pandang lalu menghilang
Rintik itu kembali sumbang, seiring lenyapnya bulan dan musnahnya bintang
Entah otak tak mau berlagu
Entah pikiran berhenti menyeru
Haruskah kubiarkan membeku?
Beku tetap terasa kosong
Dalam untaian mimpi dan kenyataan
Benak
Memori
Hati
Ayolah, perintah jemari tuliskan sesuatu
Atau semua benar-benar membisu
Ehem..ehem..
Helow, ketemu lagi MR. Blog. Waduh nggak kerasa yah udah hampir sebulan gue kagak posting blog. Fiuh... Kalo boleh jujur nih, gue agak grogi nulis. Bingung gitu yang mau ditulis apaan. Masa gue mau nulis daftar nama pembagian BLT sih, nggak kan. Udah deh, segitu aja ye...
Aku selalu bergelut kata mengenai waktu, waktu, waktu. Yah, semua hanya waktu, hingga tampak membosankan dimataku. Tapi, sengguh aku tak dapat menghilangkan kata-kata itu. Walau waktu tak pernah tampak, tapi ia justru sangat jelas menapak. Menjadi saksi, betapa setiap masa telah berlalu seiring detik, menit, jam melaju. Aku kadang merasa waktu tak adil, karena membiarkanku terlunta terlepas dari masa lalu. Tak jarang aku terselamatkan karena waktu yang mengizinkanku melupakan, perlahan menghapus setiap memori menyakitkan. Munafik! Disisi lain aku memuji di sudut lain aku mencela. Memang sesuatu pasti ada sisi hitam putihnya. Semoga suatu saat nanti aku tak akan menyesal dengan waktu. Meski terkadang banyak hal disakelilingku yang seakan menendangku masuk kedalam mesin waktu...
Majalah Aneka Yess
-Cerpen maksimal 7 hlm folio spasi ganda
-Sertakan pernyataan cerpen orisinil dan belum pernah dipublikasikan
-Kirim ke alamat: Jl Salemba Tengah No 58 Jakarta Pusat 10440 atau email: aneka@indosat.net.id
Majalah Kawanku
-Cerpen dengan jumlah karakter 9100 termasuk spasi
-Ketik spasi double
-Kirim ke alamat email: kawanku-mag@gramedia-majalah.com, cerpenkawanku@gmail.com
-Cantumkan identitas lengkap, alamat, dan nomor rekening
Majalah Gadis
-Tulisan untuk rubrik Obrolan, Kuis, Cinta dengan panjang 3-4 halaman folio spasi ganda
-Tulisan untuk rubrik Percikan (cerpen mini) dengan panjang 2 halaman folio spasi ganda
-Tulisan untuk rubrik cerpen dengan panjang 6-7 halaman folio spasi ganda
-Kirim ke alamat Redaksi Majalah Gadis: Jl HR Rasuna Said Blok B Kav 32-33 Jakarta 12910, email: info@gadis-online.com
-Tulis identitas lengkap dan nomor rekening
-Cantumkan nama rubrik di kiri atas amplop
Majalah Hai
-Cerpen maksimal 7 hlm folio spasi ganda
-Kirim ke alamat: Gedung Gramedia Majalah Unit I Lt.1, Jl Panjang No 8A, Kebon Jeruk, Jakarta 11530-Alamat email: hai_magazine@gramedia-majalah.com
Majalah Annida
-Cerpen dalam rubrik Kias dan Epik panjang 6-10 halaman folio
-Kirim via surat:*tuliskan nama rubrik di pojok kiri amplop*lampirkan biodata dan kartu identitas*kirim ke Jl Mede No 42 Utan Kayu, Jakarta Timur 13120
-Kirim via email:*sertakan biodata lengkap*kirim ke annida@ummigroup.co.id
Majalah Teen
-Kirim cerpen maksimal 6 halaman-Kirim ke alamat Jalan Prof Dr Satrio Kav. 3-4 Karet Kuningan, Jakarta 12940
-Atau alamat email ke: tabloid.teen@gmail.com
Lucu, Humoris, Nyenengin, Bikin Ketawa..(Itu mah gue juga masih seneng-seneng aja dibilang gitu)
Tapi. Kalo Gila, Gokil, Stess..(Wah kalo yang ini, beuh... Udah kagak bener N gue mesti cari tindakan nih...)
Begitulah selama gue bernafas gue sering banget denger N baca kata-kata itu yang terlontar dari mulut (Yaialah kalo terlontar dari tebing namanya bunuh diri ) temen-temen yang mungkin baru nyadar kepribadian gue.. Entah kenapa, katanya wajah gue tuh sama sekali nggak nunjukkin tanda-tanda ke-SULE-an alias ke-Pelawakan. Dan bisa di prediksi, emen-temen bakal kaget. Gue masih inget lah, beberapa reaksi temen-temen about me....
Contohnya :"Hlo.. Kok?","Ternya kamu bisa nglucu juga ya..?","Ihhh, Gokil kamu, stress","Jadi pelawak aja kamu",(Segitu yang gue inget 100% nyata)....And " Nia cantik banget deh, pantes banget jadi bintang sinetron, model, artis deh pokoknya.."(Ngarep!! Kalo yang ini gue ngarang sih,,, hehe.. Kalopun nyata, paling juga orang yang bilang lagi mabok smsan. Jadi nggak sadar kalo doi ngedumel gitu)
Yes! Dan inilah aku. Dengan segala kelimpungan tukang sate, kecepetan tukang ojeg, dan keributan tukang jamu.(Maksud loe, kayaknya nggak nyambung deh)
Dan, mereka kagak pada tahu. Menurut gue, keluarga gue adalah keluarga pelawak. Yah, walopun nggak seterkenal SULE, AZIZ MANGAP, ANDRE TAUCAMPUR, ang kagak setenar JUSTIN NGUBER. Tapi setidaknya, orang yang humoris minimal dikit selalu dapat menghadapi suatu masalah dengan positif ting-ting-tuing-tuing.
Contonya, kalo bokap-nyokap-adek- lagi marah. Sejurus silat kemudian pasti bisa ketawa-ketawa lagi.. Becoz kalo ada sesuatu yang lagi diributin bisa dibuat becanda. Tentu pake syarat n ketentuan yang berlaku. Maksudnya becanda yang kagak berlebay-ang gitu....
Hhaha Keluarga Pelawak...
Yes! Beginilah tulisanku. Waktu itu gue ikut acara seminar gitu lah. All about menulis. Lumayan gue dapet ilmu tentang menulis. Okey, inilah dia kiat, trik, cara, de.el.el.. About nulis...
1. Tuliskan Diary sebebas-bebasnya
2. Tulis Surat kepada idola
3. Latihan Fisik
4. Amati orang
5. Duduk dalam gelap dan dengarkan musik
6. Sediakan waktu khusus buat menulis
7. Biarkan pikiranmu berkelana
8. Jaga kerutinan
9. Baca
Udah segitu aja, jujur gue kagak bisa ngarang kiat-kiat selanjutnya. Nggak mau, kan? Kalo kiat-kiatnya gue tambah lagi. Contohnya buat jadi penulis musti bayar 5000 per-kata sama gue, atawa kudu mandi kembang 7 rupa, atawa kudu pinter naek motor..(ceilah, motor pake dibawa-bawa...)
Whats Up Bro...
Oke sob, ketemu lagi sama gue di acara ngeblog bareng ( halah apaan sih). Oh iya, kemaren gue udah sempet cerita kan about my experience with my 'butut' motor warisan itu. Yaelah, belum yah. Waktu itu gue sok pinter gitu mau jalan-jalan ke Pekalongan. Eh, udah dijalan, pas mau belok gue lupa mau ngurangin gigi alias gusi motor. Jadilah, simsalabim, motor gue bikin anak-anak desa yang waktu itu gue mau tabrakin mendadak jantungan. Abis, motornya kagak bisa belok sih. Untungnya, (Thanks God!) gue masih inget kalo motor gue masih punya rem, akhirnya gue injek tuh rem. Kan aman, yaiya lah... Kalo injek kaki preman pasar batang bisa digebugin dah gue.....
Gini sob, walaupun nama gue kagak kedaftar di list penulis terkenal. Tapi se-nggaknya nama gue kedaftar di akun FB pribadi. Tiap ada pikiran nulis, gue langsung buka tuh FB. Yah itung-itung hemat tenaga dan jiwa raga (males) buat cari kertas buat coret-coret gue langsung nuangin tulisan yang gue copy paste dari otak. Pastinya nggak asing lagi sama yang namanya STATUS ( baca: Tulisan Nyangkut). Nah, sekedar menginget kenangan tulisan yang sempet nyangkut bergelantunga, ini gue copi disini...
Detik detak tak berarak. .
Menit jam tak terasa menghujam. .
Mengapa semua harus berpihak pada waktu. ?
Meski kini kau terjebak waktu, yang memaksamu merangkak
Walau kau mampu berlari
Tapi, tenanglah. .
Aku akan tetap menanti, menabur butiran kata
Sampai warna hanya semburat jingga melayang di cakrawala
Entah,
Ketika waktu hanya lembaran warna
Izinkan aku, menjadi kanvas melukis berjuta ilusi yang terselip dalam mem0ri. .
Pagi, Siang, Malam.
Mem0riku memutar, begitu banyak hal yang terlewatkan. .
Malam ini, entah, ketika benak tak ingin berpacu, kala raga ingin merebah. .
Sungguh, mataku tak berpihak padaku. . Membiarkanku menjadi saksi, bahwa waktu membawaku di tengah malam. .
Tanpa mimpi, tanpa angan, hanya lelah. .
Dan catatan ini, entah. . .
I'm Here...
I'm Coming....
Pasti udah pada kangen sama tulisan-tulisan gue, ya kan? Iya dong.... Iya sih.. (maksa banget...!)
Hehehe, ngarep banget ya.. Oh ya, jujur kacang ijo gue lagi bingung berat nui sama yang namanya artikel. Cara nulisnya gimana ya,, selain pake tangan masa pake kaki. Maksudnya gini, gue bingung artikel tuh yang kayak apa bahasanya, kan gue nggak bisa pake bahasa formal. Bisanya gini-gini aje gitu...
Nah-nah ni gue lagi nyari-nyari di in-ce-nek (maksudnya internet gitu) tapi kok kagak ada yang gue cari. Ni internetnya yang ga tau apa gue yang kelewat gaptek ya...
Dalam keheningan malam, aku hanya dapat merangkai kata. Hanya tulisan yang bersuara. Dan ternyata, waktu begitu cepat bergulir, tanpa toleransi, tanpa belas kasih, meninggalkan aku sendiri yang masih terpaku dalam melodi mimpi dan angan-angan membingungkan. Akulah sang penghayal dan pembual untuk hatiku sendiri. Entah sampai kapan aku harus berhenti dari semua ini, Entah kapan.....
Akulah si penghayal. Tahukah kau sobat. Kadang ketika aku memejamkan mata, aku selalu berharap kalau aku akan kembali pada waktu itu. Waktu dimana aku berkejaran dengan bayang sambil bermain layang-layang. Aku rindu masa kecilku dulu. Atau aku pernah juga berhayal, kala aku terbangun dari pejaman mataku aku telah berada dalam gelap tanpa orang yang aku sayang juga sebaliknya...
Khayal.. Bayang..
Entah sampai kapan....
Nia_21_3_2011
Sumber: tulisanbernyawa.blogspot.com
Hei, bulan yang terkapar. Ingatkah kau? Kala kau mengapung dengan anggun hingga semua memujimu. Jarakmu terasa dekat dengan bumi, sinarmu terlihat indah semburat cahaya. Tapi kini, awan kelabu gelap menggantikanku, merajai tahtamu melempar garis retak dan kau tergeletak... Ditambah angin dingi bak es yang menguap dan suasana malam minggu yang kelabu.
Aku tak berpengalaman menulis kata-kata romantis ala pujangga, hanya sebuah catatan kecil malam minggu merangkak tengah malam. Hanya bunyi huruf gemelutuk seiring jemari kian beradu mulut terkunci. Yang terdengar hanya catatan tersimpan dalam nurani..
Pernah aku berujar, kalau kisahku tak kosong lagi. Telah kutinggalkan lembaran-lembaran kosong menyakitkan itu, dan kini terisi dengan kisah yang aku buat sendiri. Tentu dengan izin Sang Penulis Kisah Hidup yang sebenarnya. Tapi, meninggalkan kisah kosong ternyata tak mudah, kadang kutemui hanyalah lembaran usang yang mencoba menggodaku. Jika aku terpengaruh, tentu kisahku yang kosong justru akan terkoyak dan lembarannya berpadu dengan hembusan keputusasaan.
Kukira aku dengan kekuatannku akan mampu menyusun setiap kisah menjadi lebih indah.. Sayang, aku salah besar. Aku memerlukan seseorang yang dapat merangkai kisah indah bersamaku. Kutemukan kau, kau yang menyapa membuat ukiran tintaku bersemangat. Kau yang kadang mengoreksi tiap tulisan yang ku torehkan. Awalnya aku mengira kau hanya kisah lain yang berada berdampingan dengan kisahku.
Lalu aku sadar, kau bagian dari kisahku,,,,
Hohoho..
Budaya lamot udah menerjang komputer ini...
Bikin orang yang nyalain komputer jadi ikutan lemot. Waduh-waduh bisa bahaya nih.
Pagi ini bener-bener sepi. Sebenernya gue pengen banget nulis pengelaman yang paling mengesankan gitu. Tapi apa ya kok jadi mendadak amnesia gini. Apa mungkin gara-gara semua perjalanan hidup gue semuanya mengesankan. Apa malah sebaliknya, gak ada yang berkesan sama sekali. Ck..ck.ck..
Kalo gitu, Kasihan banget dah gue....
Pernah suatu hari gue N temen-temen sekelas pada sibuk nyiapin mental N tenaga buat ngadepin ulangan harian Biologi. Ada yang pegang buku, pulpen, pensil, tipe-X, loh..loh kok jadi kaya koprasi yak.. Sampe ada yang pegang kepala, abis nyut-nyutan sih. Ditengah suasana yang mencekam dan mengharu biru memaur jadi satu, gue cuma bisa ngamatin sekeliling gue..( temen-temen pada sibuk, gue malah liatin). Yang pasti wajah-wajah cemberut pada keliatan lah.. Tapi, ada satu wajah yang santae banget kaya di pantae.. Serius deh!
Hello, hello
Is anyone home?
Hello, hello
Just pick up the phone
Itulah sepenggal lirik lagu Paramore yang lagi, " Now Playing". Yah, emang pas banget ama suasana saat ini. Sepi banget, heloooooo? Kaya gak da orang. Dan gue cuma cuap-cuap lewat tulisan, nyanyi dalam hati dan perasaan yang tengah sepi...( woi.. bahasanya..). Hehe, oke-oke.. Gue cuma mau nulis suasana yang lagi sepi aje.. Mungkin pada sibuk ama pekerjaannya masig-masing kali ya. Nah lo, yang lainnya pada kerja Gue malah sibuk nulis blog, DASAR.
Hoiiiiii, datang lagi di blogku, jangan pada bosen ya. Kalo tulisanku belum bagus, ya dimaklumin aja. Kan penulis jadi-jadian. Belum jadi penulis beneran gitu....
1 Maret
Dan, ternyata waktu cepat bergulir
Februari terseret tanpa ampun
Dan aku, juga tertatih menyikapi masa
Sebuah hari, dimana aku harus bangun pagi2
Menghilang, lalu muncul disela mentari bersiap bermimpi
Hey, hanya lelah kudapat
2 waktu hanya percuma
Yang kubawa catatan Awal Maret, Selasa, dan Seikat Hari
*bersiap mimpi, es0k kan kutulis lagi
28 Februari
Sebuah hari yang cukup menipu bagiku. Pagi yang terik, matahari datang menggelitik. Di siang hari yang panas tiba-tiba hujan turun dengan deras. I hate monday, salah. I love Monday. Karena hari ini aku bisa ketemu temen-temen...
Hey..hey baby it's never too late.. Belum sepenuhnya telat buat maju..
Memang kayaknya udah telat buat nyerah sama yang namanya waktu N keadaan. Dah tanggung, cin! Makanya, apa yang ada di depan kita, udah deh terjang aja. Gak peduli siapapun, tapi yang penting jangan nyalahin rambu lalu lintas, ye...
Oke..oke..
Sebenernya gue cuma mau curcol aja sih,
Banyak banget rintangan yang menghadang kalo kita mao mencapai cita-cita. Kadang buat kita pengen banget nyerah. But, tenang aja semuanya akan baik-baik saja. So, kita musti berusaha sekuat tenaga buat memperjuangkan mimpi-mimpi kita. Hidup cuma sekali, sayang kan kalo di sis-siain...
Siang ini aku sibuk bergulat kata di depan layar. Ada sebuah perasaan yang tercekal. Perasaan dendam, sedih, marah, juga iba. Semuanya berbaur menjadi satu, pada negeri ini. Tapi tak dapat ku pungkiri, bahwa ini memang negeri tumpah darahku. Dengan segala kekacauannya.
Mungkin bukan kali ini saja negeri ini kacau, memang akhir-akhir ini negara tengah dirundung kedukaan. Mulai dai bencana, krisis materi, dan yang paling berat adalah krisis mental. Negara yang (seharusnya) kaya raya ini, memang hanya dapat dinikmati oleh mereka yang juga kaya raya. Bagaimana tidak, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Setidaknya menurutku. Terbukti dengan semakin mudah fasilitas untuk mereka yang yang berduit. Pokoknya kalau ada duit, urusan beres.
Tapi untuk yang tidak punya duit. Jangankan untuk badan sehat, yang sakit aja dipersulit. Sampai ada slogan, Orang miskin dilarang sakit...ck..ck..ck..
(Tumben tulisanku bener..hahaha)
Kata-kata terucap, terdengar tanpa cacat
Sebuah misteri kegelapan, berkamuflase dengan penderitaan
Bukan penderitaan mereka yang berucap,tapi yang mendengar
Kau kira kami akan diam?
Mungkin sekarang, tapi tidak nanti
Bangkit kawan!
Kita akan remukkan pintu-pintu kepalsuan
Akan kita hentikan semua omong kosong itu
Yang di bungkus rapi sebuah kejujuran, tapi hanya SEMU
Akan kita bungkam mereka, dgan semangat dan prestasi
Mungkin bukan sekarang, tapi akan!
31 Januari
Aku masih menatap langit yang sama
Gelap dan penuh misteri
Begitu pula suara angin ini, mungkin masih sama seperti tempo hari
Kala siang, hujan dengan senang berbaris menyentuh pelataran
Aku masih terdiam, menatap kelam. .
Malam di penghujung januari ini,mungkin akan sama seperti. .
Malam tahun lalu, di akhir Januari
Diam tak bergerak tanpa perubahan. .
kUrasa, tapi itu tak boleh terjadi. .
Tapak kaki itu terasa menghentak
Detik-detik terasa sangat mengancam
Menit-menit mengeksekusi waktu
Tatapan mata was-was penuh pengharapan
Sebuah lembaran penuh tanda tanya melayang di depan mata
Menunggu kesaksian ilmu dalam benak yang terbaca
Untuk sebuah rajutan tinta dan perjuangan ilmu kan terbayar sudah
Torehan-torehan huruf kan menggores, terasa sangat bermakna
Tak ada suara
Yang terdengar hanya suara detik yang terasa menghujam
Dan,,
Suara detak jantung sendiri yang terasa lebih dekat dari daun telinga
Semuanya hening, tak ingin terperosok
Kali ini waktu adalah taruhannya
Bagai berjudi hidup mati
Demi sebuah hasil pembelajaran selama ini
Detik-detik benar-benar menguji
(Inilah perasaan waktu mengerjakan soal ujian)
Hampa, ketika nadi berdetak tanpa suara
Sunyi, hanya angin menghempas daun dan hijaunya berderak tanpa bunyi
Sepi, entah apa lagi yang harus terlukis oleh jemari mimpi
saat usia tak berkompromi
kala mesin waktu hanya imajinasi
Aku hanya sesal
Hanyut dan tercekal
Oleh sebuah batu
Dan seonggok daun layu
Hanya menanti waktu,kala itu
Dan kini,ketika ku sadar
Dahulu adalah sebuah kisah kosong yang tak boleh menelanku
Malam ini,
Otakku terasa kosong, tak tahu apa yang harus aku torehkan pada sebuah layar. Tapi, huruf-huruf ini seperti mencibirku, menggodaku, seakan berkata "kau pengecut! Tak beranikah kau sentuh aku dan buatlah sebuah kata bermakna!". Kata bermakna?
Mungkin kini aku merasa akulah kata yang tak bermakna. Bukan apa-apa, karena malam ini aku benar-benar tak berselera membagi kisah denganmu, memainkan tiap kata-kata ini yang bagiku omong kosong.
Hatiku benar-benar ragu, menekan satu persatu huruf-huruf ini..
Aku benci perasaan ini, ingin kucoba hempaskan semua.
Lalu kembali kulihat senyuman sinis dari huruf-huruf itu lagi..
"Ya.. Kau menang, puas kau sekarang melihat buruknya tulisan-tulisan ini..!"
Dan aku tahu kata-kata huruf itu, adalah cerminan hatiku yang tengah ragu..
Kau selalu berusaha menguatkanku
Walaupun kau sendiri rapuh
Kau selalu mengatakan semua akan baik-baik saja
Walau aku tahu kau sendiri sedang tak baik
Kau, mengapa kau?
Kau lakukan semuanya, tak kau katakan yang sebenarnya?
Aku tahu sekarang, kaulah keindahan yang sebenarnya
Jika kutatap langin bertabur bintang, dan malam menggantung bulan
Kulah keindahan itu
Good Morning my dearest country..!
...(Hehehe sok banget, kaya bahasa Inggris dapet berapa gitu..)
Oke..oke..oke..
Gue disini ga mo ngomongin bahasa Inggris N semua tentang Inggris..!
Entah itu mau Kunci Inggris sampe Kecap Inggris.. Gue gak peduli...Huh!
Truz...
Jangan teruz-teruz ntar ketabrak lagi..
Ya udah deh,,,yah.. jadi lupa kan tadi mo ngomong apa..
Tunggu bentar ya....
1
2
3
Aha...
Udah inget!
Ya, gue disini mo ngomongin tentang INDONESIA.
Negriku tercinta..
Saking cintanya, gue sampe gak habis pikir.. Kok pada tega ya mengotori Negri yang subur dan Makmur..(Harusnya sih...)
Tapi kayaknya kata-kata itu cuman ada di lagu-lagu wajib sama dongeng deh sekarang..
Gue bilang gitu bukannya tanpa alasan, tapi emang kenyataannya gitu..
Mulai dari korupsi, suap menyuap duit, TKI, PSSI, Konflik SARA, ampe masalah artis-artis yang mengguncang negeri. Belum lagi masalah kerusakan lingkungan.. Banyak deh!
Mending kalo masalah yang bisa diselesein sama semua orang, contohnya masalah kerusakan lingkungan.
Gimana kalo masalah yang ngelibatin orang-orang berdasi-bermobil mewah-berdompet tebel-----??
Yah... Rakyat cuman bisa gigit jari nonton tipi liatin aja, apa yang bakal terjadi.. Abis, mo gimana lagi, emang gak bisa apa-apa kok..
Rakyat cuma ngerasa dibohongi, sambil bertanya-tanya... Siapa yang ada di balik semua ini...?
Negaraku.. Oh, Negeriku...
Mungkin aku belum bosan untuk menulis lagi.
Karena catatan kosong ini sungguh menggodaku untuk menulis lagi. Tempat kosong yang seperti pernah aku baca pada novel, mereka adalah si penanti. Penanti siapa saja yang ingin menggoreskan tulisan. Entah apa saja yang ingin digoreskan, agar segala keluh kesah sedikit terobati.
Hujan kini telah menghilang
Membekas air yang menggenang
Membuat raga melintas tanpa bayang
Ya, mentari tak berani muncul sekarang
Tapi lihat, awan begitu merata
Sinarnya tak seredup kala hujan menerpa
Mentari mulai bangkit
Walau sinarnya terhempas awan yang menerpa
Aku disini hanya mencoba merangkai kata
Walau kurasa tak bermakna
Kau hadir kala ku sendiri
Pembunuh sepi yang kian merasuki
Kala ku terluka karena cinta, kau ada sebagai penawar luka
Sahabat, jika aku boleh berhayal
Aku ingin mengajakmu berlari di atas awan, bersenang-senang dan kita akan tertawa bersama pelangi yang indah bagai senyummu
Terima kasih sahabat, bersamamu semua masalah menjadi mudah
Mengenalmu, semua kisah menjadi indah
Tapi sayang, kini raga ku tak bisa menemukanmu
Ku yakin satu saat nanti, kita akan berjumpa
Dan kita kan membuka buku kisah indah,lalu kita kan tertawa bersama
Aku sangat rindu saat itu
1 Februari
Menjelang malam ini, hujan masih turun menghiasi. .
Tak ada bintang, ataupun bulan
Yang ada hanya kegelapan dan pemandangan air dipelupuk mata. .
Lalu menggenang, membasahi pelataran dan daun-daun yang tak ku lihat. .
Hujan dingin masih tetap tUrun, dan aku tenggelam dalam kehangatan tUlisan
Rangkaian huruf ini, adalah cermin dari keluh kesah jiwa
menggema di sudut2 benak, memaksa ku tUk hempaskan semua
Tulisan ini adalah rangkaian kata, betapa aku sedang tak begitu berselera
Membagi kisahku, hari selasa awal fEbruari
Tapi, hati memaksa raga. .
Tangan dan mata seksama merubah kisah ini, dan yang ada hanya Aku dan Catatan Awal Februari
Valentine..
14 Februari,,,
dan ternyata komputerku lemot buat nulis ini makanya gw nulis ga liat layar..
Ah,,, ya sutra lah,
Gw mw nulis apa tadi,*Valentine*
O,iya...
Lanjut ya, valentine=hari kasih sayang=hari kasih coklat, bunga, puisi, de el el=ribet amir sih..
Gw koq liatnya priatin banget ya,, kasihan kan kalo orang yang kita sayang jadi seneng banget cuma dikasih coklat de el el.nya di tanggal 14.
Yah..yah..Padahal kasih sayang yang lebih penting ga hanya pake coklat, ya kan?!
Trus tuh, tukang bunga yang bejibun antrian kewalahan deh kalo harus ngurusin orang pada beli bunga semua.
N yang maksain beli coklat belum tentu pada punya duit, tapi mau gimana lagi..
Daripada di putusin pacar, mending ngutang coklat warung sebelah..(hlo..hlo..tapi gak semua gitu seeh)
Aduh..duh,,, emang negeri ini penuh orang latah,
Kagak tahu apa yang musti dirayain, ngikut-ngikut aja dah tuh..
Valentine kan ngerayain lahirnya St. Valentino. Doi kan orang yang menyetujui Free Sex..(Wah, ngeri Banget ya..)
Jadi gak pantes buat dirayain..
Padahal banyaaak banget orang muslim, coz mayoritas orang Islam emang ada di Indonesia..
Jadi, duhh kasihan banget ya, kalo orang Islam muzti ngrayain Valentine.
Tiap ditanya tanggal 14 Februari tuh hari apa?
eeh,, dengan fasihnya ngejawab Hari Valentine ampe rebutan lagi jawabnya (emang kuis..!)
Giliran ditanyain Maulid Nabi kapan..?
Nah lo...pada celingak-celinguk dah tuh.. Kagak tau padahal tanggal 15-nya...
Aduh emaak, tOlong dahh..
kASIHAN BANGET YA,,,
Gimana nih men!! Jangan mau dibajak sama bangsa barat..Okey,,,!!!
Jalanan itu masih tampak lengang
Pemilik tapak kaki yang biasa lalu lalang seakan menghilang dari pandangan
Tak ada siapapun disana, hanya jejak-jejak yang telah terkikis deras hujan
Kemana perginya pemilik suara2 kaki itU?
Deras hujan membawa dingin, dan menuntun mereka tUk berDiam di dalam dEkapan hangat. .
Jalanan itU, masih sunyi senyap. .
Akankah ku melintas disana, merasakan basah karena tapak kakiku memukul tetes yang menggenang
Kurasa tidak. .
Ketukan2 itu, masih terdengar
Entah apa yang di ketuknya, hingga terdengar suara
Mengusik rasa kantuk yang menggantung sdari tadi
Ketukan itu kini semakin cepat, seperti bunyi tapak kaki dikejar waktu
Menandakan gerimis semakin ingin turun
Tulisan2ku mencoba menandingi derasnya air yg menyeruak begitu sering menjatuhi bumi,
hujan, kau bukan sainganku
Walau ku telah lelah menulis, meski ku telah menyerah
Dan Gerimis Masih Juga Turun
Seorang bocah, terdiam
Matanya menatap penuh harap pada sebuah layang2 yang tersangkut di dahan pohon
Jelas gurat2 luka, kesedihan mengubah senyumnya karena ia sangat tahu tangannya tak mampu menggapainya
Dalam telaga matanya, tersimpan rasa kecewa
Ia telah lalai menjaganya, dan kini rasa senangnya berbalik. .
Langit mengarak mendung, cakrawala bermega hitam
Tetes demi tetes air mengucur, membentur atap, membasahi tubuh kecilnya,dan. .
Layang2 malangnya. .
Tak kan lama, guyuran hujan meleburkan kertas pembungkusnya,mengoyaknya, lalu layang2 itu tinggal kerangka
Bocah kecil berlari pulang, merengek dan menangis mengharap sedikit uang
Tuk gantikan seyum yang sempat terk0yak ganas hujan, dan membeli sekedar kebahagiaan
Apa? Naik gaji?
Kurang ya?(dengan gaya sok sinetroN)
Okeh. .okeh
Maksudku, apa bisa di pertimbangin lagi,pak?
(emang bapakmu apa. .:-D)
Gini, presidenku tercinta. .(gitu po?)
It's okey buat naik gaji, naik gunung juuga boleh banget. .
Tapi,tapi,tapi, apa anda tega? Kalo anda seneng2 gajian, sedangkan rakyat bapak masih banyak yang kekurangan. .
(sungguh. .teganya,dirimu, teganya. .teganya. .bla.bla.bla)
Sebenarnya aku prihatin juga sih,sama bapak. .
Tapi apa bpak g prihatin juga ma rakyat2 yg cuman bisa makan nasi 1X sehari. .
Atawa rakyak2 yang ngerasa sakit ati.nye gara2 janji2 ga ditepati. .
dUh. .diriku yang malang, ku cuma mahasiswa biasa . .
Yang bisanya cuma k0mentar. .(iya niH, cuma ng0m0ng aje lu. .ni. .)
tapi q punya mata, sama seperti anda. .
Ini adalah tanggung jawab anda, kalo kinerja bagus apa iya rakyat tega ga nyuruh presiden naik haji. .Eh salah,gaji . . .
Okelah kalo beget0, maksudku hatiku terasa teriris sembilu. .(lebay dikit b0leh, ya. .:-D)
Sebenarnya aku dah nyimpen puisi ini lama benget, N temen2 juga dah pada bosen aku kirim2 ini truz.. udah sering juga di kirim-kirim lewat FB, sms temen N yang lainnya. Yah, daripada ku tulis dikertas sih, mending di posting aja.. Daripada ilang, ya kan..
Ni bunyinya (hlo? emang bisa bunyi?)
Jelas gurat-gurat itu
Hempasan waktu terukir di dahimu
Entah berapa sejarah yang kau lalui, tampak ukiran-ukiran itu
Dan ingatanmu, mungkin masa telah mengkremasinya..
Hingga lebur menjadi debu yang diterbangkan detik, menit, tahun
Sabarkan aku, nek..
Untuk membimbingmu, menapaki hari-hari ini tanpa keluh kesah
Belajar darimu, walau tak semua aku sanggup..
Hujan menjelma jadi gerimis
Tak ku coba tuk membuat menangis
Sampai kapan hati kan selalu teriris
Aku disini, menyimpan gigil dibalik helai garis
Sampai kapan gerimis menangis?
Hanya menanti pelangi indah terlukis....
Aku melihatnya, di tengah-tengah hujan ketika nafas mulai terengah
Aku mendengarnya, saat gerimis berbisik, menyelinap awan dan mentari terpejam
Aku merasakannya, tetesnya menghujam, basahnya menggenang
Kadang bersembunyi, sekedar memberi ruang tuk berpetualang
Kadang tampak, seiring kaki menapak
Menyusuri setiap jengkal kehidupan,
Mencari detak-detak nafas yang terbatas
Menggantung mimpi di langit luas
Hujan mengantar harapan
Recent Comments