Puisi: Kau Bersama Akibatmu

Aku masih tetap diam, sama seperti tempo hari kala kau membawa duri dari mawar yang kelopaknya telah kau cabuti.
Aku tetap membisu, walau kau lempar berjuta batu, dalam hati yang paling dalam, terselip umpatan semoga kau juga merasa apa yang aku rasa
Mungkin bukan sekarang, tapi entah kapan

Aku hanya mematung, menyikapi seringai yang kau haturkan, pada kuncup-kuncup pagi
Ketika sebuah mentari tak lagi mau menyembul
Ditinggal awan berlari menemui mekar pelangi
Kuncup-kuncup itu mati membusuk menemui duri

Aku layaknya bongkahan es, adakalanya mencair tak tahan api
Adakalanya aku benar-benar beku
Ditiup dingin
Membawa gigil
Tapi, dari satu demi satu warna pelangi aku memilih warna merah muda
Kau, dengan warna kusammu simpanlah menjadi akibatmu
Duri-duri itu kini menghujam hatimu sendiri

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Diberdayakan oleh Blogger.

Tulisan-tulisan

Followers


Recent Comments