Mencatat Perjalanan
1/
hanya pada kedua bola matamu, laut membadai lantas tenang, menyebarlah hawa dingin meremas tulang
ujung kukumu berkilat cahaya, serupa kunang yang nyala tanpa bayang dalam gelap menyergap
seperti kolong ranjang tanpa lampu
hitam hadir tiap waktu
2/
duhai temaram kian mencederai bohlam, memainkan warnawarna kuning.
Sementara tang-ting gelas makin bebas membawa nyala ke batas hari di
batas hati
apakah kau membisikkan senja?
Ketika pijar lampu benarbenar liar, melukai dada kita. Semakin dalam masa meruncingkan kenang.
Pijar lampu membawa bayangmu.
batang, 23 mei 2012
Di Kelok Pantura, Di Bawah Atap
a/
merapatlah ia di bilik temaram, tempat tinggal rasa gamang. sementara pengap kian menyergap, haus tenggorokan membikin radang
lagi
di kelok jalan pantura yang berlubang aspalnya
telah terbayar sudah segala lara
telah berakhir sudah segala rasa
bernama cinta. Di mana cinta menjadi omong kosong, dan rupiah mau tak mau harus diboyong.
di bawah atap bisu, seseorang datang untuk menunggu
di luar, malam merayap begitu cepat
hanya minyak wangi dan bibir memerah gincu
hadir menjadi teman teramat dekat
b/
Oh, apa yang digelayut gerimis beraroma sesal?
Sementara ia telah tumbuh menjadi kupu-kupu kebal
Menelurusi mimpi, caci tak terhitung lagi
Relakah ia dimaki?
Batang, 10 Februari 2012
Ini puisiku yang nasibnya kurang beruntung dalam suatu lomba.
Silahkan dibantai.
:D
Recent Comments