Para Pemecah Batu
Batu adalah berlian di tanganmu
Lantas mengapa ingin kau pecah?
Kini aku paham, mengapa air matamu tak lagi ingin tumpah ketika
Palu godam dalam genggam menyentuh batu hitam, lalu terpecah!!
Batang, 5 Des 2011
Batu adalah berlian di tanganmu
Lantas mengapa ingin kau pecah?
Kini aku paham, mengapa air matamu tak lagi ingin tumpah ketika
Palu godam dalam genggam menyentuh batu hitam, lalu terpecah!!
Batang, 5 Des 2011
Aku mengingatmu sebagai
Gugur air yang turun menjelma hujan
Atau memang kau hujan
Bukan, kau embun
Entah sudahlah...
Di sebuah simpang kau menjelma seseorang yang duduk terdiam tanpa pandang
Di tanganmu kau gengam kaleng usang berhias korosi disana-sini
Ya, kau adalah hujan
Senyummu adalah harga mati
Tersebab rengekmu adalah nilai sebenarnya
Untuk receh, untuk rupiah
Ah, kau memang benar-benar hujan rupanya
Hingga tak cukup kubuka payung untuk menghalau derasmu
Aku telah basah
Batang, 5 Des 2011
Seperti biasa, gue dateng kesini buat ngeluh. Selain diluar cuaca lagi nggak berpatner, suasananya juga ngedukung banget buat curhat-curhatan gitu. Yup, lupakan saja lah. Gue disini cuma mau nginget-inget aja kalo gue masih utang satu puisi sama kak AD Rusmianto. Seseorang yang udah benerin FB gue yang kena hack. Hero!
Dan....
Masih ada hal yang nyesek juga, soalnya gua nggak punya secuil puisi pun buat disumbangin ke Kak Awi. Huaaaaaah, kasihan banget kan gue..
Gue harap nggak ada yang baca tulisan ini.
Glek!
Waaaaaaaa
Gaya banget nulisnya mau melow-melowan. Susah juga ternyata nulis mellow. Enakan curhatan (baca: gila-gilaan).
Oke deh gue coba.
Gerimis turun satu-dua meluruh atas titah pemilik langit
Susaaaaah. Udah ah.
Recent Comments