Puisi Jadul :Pengais Terang
oleh: Kurnia Hidayati
kecuali pundak memberat, elan kita masih cukup seperti nyala senter penuh baterai
:belum mau redup
langgar belum bosan melompong
kita datang sambil membopong
kitab langit
speaker menyuarakan nada-nada getar
sebelum bunyi ayat datang melambar
menggambar
langit ramadhan
malam melarut
mushaf berlembar belum mengkerut
kita berganti-ganti mengeja, huruf demi huruf
memahami harakat, tanda baca, kaidah-kaidah, juga mad-mad yang penuh
menghias kata-kataNya
tadarus sunyi ini
di langgar dingin
minim kabar
kita melansir ayat-ayat
lewat speaker yang kadang mati
namun, niat kita terus berkobar
mengejar
pahala dari
Tuhan yang Maha Sabar
Batang, 29 Juli
Oleh: Kurnia Hidayati
sengaja kubenci rumah sakit. Ibu bilang, rumah sakit adalah tempat
jiwa-jiwa malang. Jika siang, orang-orang antri di muka loket menanti
kepastian; bermata sayu, bermata nyalang. Ada yang cepat, ada yang tak
kunjung datang.
sengaja kuhindari rumah sakit. Kata Ibu,
rumah sakit adalah rumah bagi rasa nyeri yang buntu. Bukan hanya pada
malam, pasien terbaring tidur merenda harap dipanjangkan umur. Atau
obat-obatan yang dipaksa terulur ke dalam daya tubuh sarat mengendur.
sengaja
kubuat jarak dengan rumah sakit. Pesan Ibu, jagalah kesehatan. Sebab
harganya lebih mahal dari emas permata. Ibu, aku takut dengan bau
desinfektan. Atau teriak sirine ambulan.
sengaja kutulis
puisi tentang rumah sakit. Ibu berujar, jangan kau benci rumah sakit.
Kau hanya perlu bersyukur dan menjaga setiap nikmat dariNya.
Batang, 21 Juli 2012
Recent Comments