Puisi Kurnia Hidayati di Radar Pekalongan, 14 Juli 2018

Elegi Perahu Tua
1/
Yang jauh di belakang punggung; waktu dan hari-hari
Ingatan lesap, di tahun-tahun yang berganti
Umpama membilang ajal yang tiba tanpa pertanda
Aku mengeja was-was yang rumit jalinan jala
Menjaring kata-kata beralunan iba
“Betapa malang nasib sang petualang!
Terkatung di tempatnya pulang.
Tiada lagi kidung perahu berangkat menebar pukat
Hanya perahu tua, menanti kehancurannya …”
Begitulah orang-orang berkata, semenjak aku undur dari arung samudera
barangkali udzur adalah sebuah keniscayaan
yang memilukan di antara digdayanya kenangan
2/
Kini, hanya dermaga menjelma telingabagi perahu tua
Yang lapuk dan terluka
Para kelasi telah pergi
Mendekati perahu lain yang sarat dengan mimpi; perahu perkasa yang lihai
membelah samudera
Tinggal menunggu kapan aliran lekas mencerna bagian-bagian badan
Tapi izinkan untuk mengenang
Bagaimana tangguhnya menaklukkan badai
Sebelum jasadku benar-benar hilang
Batang, 31 Agustus 2017

posted under , |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Diberdayakan oleh Blogger.

Tulisan-tulisan

Followers


Recent Comments