Puisi Kurnia Hidayati dalam Antologi Tifa Nusantara
menghasut pintu
dan jendela
kepada pintu
bukan kau yang
pertama kali disapa, jika di luar turun
hujan.
sebab lanskap indah sebuah hari
selalu elok
tergambar di jendela
surat-surat kata yang beterbangan
selalu mengarah
kepada kuak tubuhnya
hablur rintikan hujan,
mengembunkan
senandika sunyi di permukaan
menjelma tulisan yang diciptakan ujung jemari
ketika
seseorang iseng dan bosan menulis puisi
maka,
janganlah mencoba tersenyum kepada jendela
tatkala kalian
bertemu mata
dan bertatapan
kepada jendela
lihatlah siapa
yang disapa terlebih dahulu
dan siapa yang paling bisa meracik
remedi rindu saat seseorang jengah menunggu?
dialah pintu
darinya berhamburan seribu wajah
yang datang dan
pergi, tiba dan kembali
mengakhiri derit dan ketukan
tabik dan
sapaan menghadirkan suasana karib dalam ruangan
pintu hanya akan mewariskan padamu suasana sunyi
dan beberapa samar bunyi
ketika ia
tertutup dan memajang goyangan kunci
menyimpan segalanya sebagai rahasia
tanpa membiarkanmu mengetahuinya
jadi, tak usah
bertegur sapa
jika daun pintu terbuka
dan mendekati
tubuhmu
Batang, 2014
Maaf aku agak lupa covernya yang mana. Soalnya ada dua cover.
0 komentar:
Posting Komentar