Resensi Buku "Berikutnya Kau yang Mati" karya Arie F.Rofian di Harian Rakyat Sumbar (4 Juli 2015)
Enam Ketakutan yang Sama
Oleh: Kurnia Hidayati*
Judul buku: Berikutnya Kau Yang Mati
Penulis : Arie F. Rofian
Penerbit: Moka Media
ISBN: 979-795-970-8
Harga: 39.000
Jumlah Halaman : 178 halaman
Tak ada yang mampu
menghindari kematian. Kematian merupakan suatu keniscayaan bagi setiap yang
bernyawa, tak terkecuali manusia. Kematian adalah suatu misteri besar yang tak
terduga. Banyak cara orang menemui ajalnya. Ada yang wajar dan ada yang tidak
wajar. Ada yang ikhlas melepas nyawa dengan bahagia ada juga sebaliknya.
Kematian yang menurut sebagian orang menakutkan inilah yang coba Arie F. Rofian
ramu menjadi jalinan cerita. Novel bergenre horor “Berikutnya Kau yang Mati”
ini secara judul sudah menohok pembacanya. Seakan-akan ingin mengingatkan bahwa
ending kehidupan manusia bisa datang
kapan saja.
Tak ada malam yang tak hitam
Tak ada malam yang tak temaram
Tak ada malam yang tak kelam
Tak ada malam yang tak seram
Tak ada malam yang tak mencekam
malam mencekam
Tik tok tik tok
Detak jam tik tok tik tok
Sunyi dan sepi menemani sampai mati – hlm. 1
Halaman pertama novel ini langsung mencekat saya.
Sebagaimana disampaikan dalam blurb buku bahwa, “ini
adalah kisah enam anak manusia”. Novel ini dikisahkan melalui enam sudut
pandang berbeda. Masing-masing cerita mempunyai benang merahnya sendiri, akan
tetapi saling berjalinan satu sama lain. Bab pertama dikisahkan oleh seorang
mahasiswa yang menjabat sebagai Ketua Panitia Makrab. Bab kedua diceritakan
dari sudut pandang seorang anggota geng motor yang tengah melakukan touring ke
suatu tempat. Alur cerita di bab tiga diambil alih oleh seorang pecandu narkoba
yang bertekad membebaskan diri dari jerat barang haram yang selama ini menemani
hari-harinya. Sementara itu, pada bab keempat seorang perempuan bernama Andini
bertutur tentang hubungannya dengan pria bernama Rusli. Lalu, seorang laki-laki
yang terus menerus dihantui mimpi buruk dapat kita jumpai kisahnya di bab lima.
Dan pada bab terakhir, seorang kakak mengungkap sebuah rahasia ihwal kematian.
Bab pungkasan ini merupakan jawaban atas segala pertanyaan yang muncul saat
saya membaca halaman demi halaman cerita. Enam bab yang berbeda ini berkelindan
dalam ketakutan yang sama, yaitu kematian.
Sosok itu lantas duduk
bersebelahan denganku. Duduk kami berdekatan, sangat dekat dengan pundak yang
saling bersentuhan. Meski teramat mencekam, pandanganku berusaha menyisir
seluruh bagian tubuh dari sosok itu. Wajah sosok itu putih—pucat pasi layaknya
orang yang sudah mati. – hlm. 52.
Namun tak lama kemudian
amarahku padam, mendadak aku tersentak, kaget tiada terkira. Rasa simpati dan
empatiku bergelora karena dengan mata dan kepalaku sendiri aku menyaksikan
kedua bola mata pemuda itu seluruh permukaannya berubah jadi warna putih. Ya, bola
mata putih pertanda datangnya celaka. – hlm. 67.
Mengusung genre horor,
Arie F. Rofian terbilang cukup berhasil menciptakan fragmen-fragmen yang
membuat jantung saya berdebar abnormal. Kadang, berhenti sejenak, was-was dan
menduga-duga, apakah ada sosok dari dunia lain yang sedang mengamati saya juga?
Namun, saya dibuat penasaran sehingga ingin segera membaca seluruhnya. Beberapa
kali saya menghela napas panjang saat alur cerita tak sesuai seperti yang saya
terka. Ya, alunya tak mudah ditebak. Apakah “Berikutnya Kau yang Mati”? Silakan Anda
cari sendiri jawabannya di novel ini.
*Kurnia Hidayati, pecinta buku, tinggal
di Batang.
Kurnia Hidayati lahir
di Batang, Jawa Tengah, 1 Juni 1992. Tulisannya pernah dimuat di berbagai media massa seluruh Indonesia. Buku
puisi tunggalnya: Senandika Pemantik Api (2015)
0 komentar:
Posting Komentar