Harian Cakrawala Makassar, 31 Oktober 2014
Pisau
baik-baiklah bermain pisau
tajam ujungnya adalah kutipan kilat tanpa hujan
ia memotong dan mencacah kenangan seperti memburu urat
daging
ia memisah
perjumpaan seperti menebas ruas sayuran
ia memenggal rindu bagai membelah ranum buah-buahan
dan menyulapnya jadi beberapa bagian
baik-baiklah memegang pisau
jangan salah sisi, bedakan mana yang musti jadi pegangan
dan mana yang ngeri membahayakan
6 Agustus 2014
Pemungut Kamboja
sebelum lindap gigil pagi buta, ia muncul sebagai
pengucap salam yang pertama. tatkala subuh baru saja rubuh dan lingkar jeda
adzan masih bisa disentuh. dan matahari,adalah bulatan berumah terjauh yang
hanya bisa diimpikan dan diangankan seperti pengguk yang selalu merindukan
jatuh dan merengkuh.
“Assalamualaikum, Ya Ahlal Kubur ....”
dari gerbang pemakaman, pusara-pusara yang tertata
seperti menyimpan ribuan mata, mengawasinya dari penjuru, membaca langkah
kakinya yang ragu-ragu, namun terburu.
dan daun kering yang tidur di antaranya mungkin surat
cinta yang terlupa, mendamba tangan untuk memungut, dan berdoa agar kehidupan
tak pernah melupakan janji tentang maut.
yang sunyi, hanyalah doa
sebab pagi akan segera tiba
perempuan itu masuk sebagai pemungut kembang kamboja yang
luruh di antara tubuh pusara.
silahkan
menghitung berapa jumlah kesepian nisan yang dipungutnya, berapa jumlah
kekosongan yang menelisik ke dalam relung plastik di tangannya.
Batang, 2014
0 komentar:
Posting Komentar