Solopos, 1 Maret 2015
Buku Harian Kakek
usai napas dan jiwa kakek
melayang jauh sebelum senja, tak ada lagi lakon kehidupan yang mampu kami baca.
kecuali buku harian kakek. lahir dari perasan batin menjadi tinta yang menulisi
sunyi tiap lembaran. tahun-tahunyang hangus di penanggalan mengajari anak
cucunya menerka bagaimana cara kakek tersenyum dengan mata berkaca-kaca selepas
waktu mengubur tubuhnya.
kami mengira, kakek adalah
laki-laki yang pandai mengeja takdir, ia merencanakan semua peristiwa seperti
memahat ornamen di meja ukir; jelas dan teliti. kejadian-kejadian yang menjelma
tulisan turut kami rasakan. menjelma jadi ribuan peran berlainan.
kendati kini jemari kakek lebih
dahulu dipagut tanah sebelum senja, kendati tak ada yang lebih digdaya
membahagiakannya kecuali doa-doa.
namun, buku harian kakek
mengajari kami bahwa tak ada kisah seabadi kata.
0 komentar:
Posting Komentar