Puisi Tertinggal
Secara kasat aku mampu melihat, kau dengan sigap berkemas memunguti satu-dua benda untuk kau bawa.
Menuju kota.
Dan hujan masih saja, menyembul lalu jatuh lewat celah awan, menelusur pori-pori tanah membikin basah. Namun, kau tetap saja. Pantang kalah.
"Kau mau kemana? Hari masih hujan.." bisikku tanpa suara.
Kau berbalik, memunggungiku. Setelah berulang kau hitung mana hal yang harus menjadi kawan serta.
"Benar pergi, kau.."
Kutelusur jalan, mencari jejakmu yang hilang. Sambil membawa carik-carik kertas, karena kau lupa sesuatu.
Puisi ini tertinggal di hatiku..
0 komentar:
Posting Komentar